Senin, 20 Juni 2011

ANDAI AKU MENJADI PEMIMPIN


JIKA AKU MENJADI PEMIMPIN
Menjadi seorang pemimpin adalah suatu hal yang sangat membanggakan sekaligus beban jika kita tidak mampu mengemban tampuk kepemimpinan dengan baik. Oleh karena itu, menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah terutama bagi orang yang masih awam seperti aku. Seorang pemimpin mempunyai tanggung jawab yang besar, tidak hanya tanggung jawab kepada Tuhan namun juga kepada seluruh anggota yang kita pimpin.
Peran pemimpin beraneka ragam, di antaranya adalah sebagai penggerak, motivator, inspirator, penunjuk arah, menyatukan, pelindung, pengayom, penolong, pembagi kasih sayang, mencukupi serta mensejahterakan, dan seterusnya. Tugas pemimpin, dengan demikian memang banyak dan berat. Semua peran itu akan dipertanggung-jawabkan, baik di hadapan manusia yang dipimpinnya maupun di hadapan Tuhan kelak
Pemimpin adalah cermin bagi seluruh anggota (komite, warga masyarakat, atau bawahan). Sedikit saja kita melakukan kesalahan, mungkin karena tidak adil atau melakukan hal-hal yang tidak terpuji maka hal tersebut akan mudah ditiru oleh anggota. Kita dapat melihat masyarakat itu baik atau tidak dengan melihat sosok pemimpin menjadi panutan mereka.
Fungsi pemimpin tidak hanya sekedar memimpin, namun bagaimana seorang pemimpin mampu menciptakan atau melahirkan pemimpin baru. Keberadaan pemimpin tidak hanya sekedar membuat generasi pengikut dalam masa kepemimpinannya. Namun pemimpin harus mampu melahirkan pemimpin baru yang bahkan lebih baik dari dirinya. Mungkin proses ini sangatlah tidak mudah, namun kita harus yakin bahwa “Nothing is imposible in the world.”
Akhir-akhir ini aku sering membayangkan jika aku menjadi seorang pemimpin dalam suatu organisasi yaitu organisasi perempuan di desa dimana aku tinggal. Pada saat membayangkan menjadi pemimpin tentunya membayangkan hal-hal yang menyenangkan dan kesuksesan dalam memimpin. Hidup dalam mimpi apapun bisa terwujud, oleh karena itu aku juga ingin mewujudkan mimpi itu dan menjadikannya sebuaha kenyataan.
Sebagai seorang yang masih awam terkadang rasa takut sering menggelayut dalam benak yang membuatku putus asa, namun bagiku putus asa bukanlah sifat dari seorang pemimpin yang sukses karena hal tersebut akan menghambat dalam proses kepemimpinan. Setiap pemimpin mempunyai karakter sendiri begitupun aku. Aku akan menjadi seorang pemimpin dengan caraku sendiri tanpa mengesampingkan masukan dari berbagai pihak yang akan memperkaya kinerja selama menjadi pemimpin.
Hal-hal yang akan aku lakukan jika menjadi seorang pemimpin adalah menentukan visi dan misi yang jelas. Visi misi tidak harus banyak yang terpenting mampu direalisasikan dan mampu membuktikan pada masyarakat. Selain membuat visi misi yang jelas ada beberapa hal yang lain yaitu:
1.                  Memperkuat hubungan internal dengan tetap menjaga dan menjalin hubungan dengan relasi atau pihak luar organisasi.
2.                  Lebih terbuka terhadap anggota dalam hal apapun.
3.                  Membuat program kerja yang jelas dan disosialisasikan pada anggota.
4.                  Menyelesaikan suatu persoalan dengan sesegera mungkin dengan penuh kehati-hatian (tidak gegabah) dan melibatkan anggota dalam mencari keputusan yang terbaik (musyawarah).
5.                  Menerima setiap masukan baik kritik dan saran dari anggota, karena masukan tersebut dapat membangun pribadi seorang pemimpin menjadil lebih baik.
6.                  Bertanggung jawab dan berperan sesuai dengan sesuai dengan peran yaitu pemimpin.
7.                  Beriman dan bertaqwa dan mampu menjadi contoh bagi anggota.

Dari beberapa catatan yang  tercantum di atas, aku berharap bisa terwujud dalam kenyataan meskipun dalam pelaksanaannya tidak semudah membalik telapak tangan, membutuhkan keyakinan dan kerjasama tim yang baik. Memulai dengan memperkuat hubungan internal dengan harapan akan lebih mempererat emosional antara pemimpin dan anggota. Tidak ada salahnya seorang pemimpin ikut turun tangan dan terjun langsung bersama dengan anggota.
Sebenarnya aku termasuk orang yang introvet dan hal ini tentunya menggaggu dalam menjalankan kepemimpinan. Sampai sekarangpun aku masih selalu belajar untuk lebih terbuka kepada setiap orang, namun introvet tidak menjadi halangan bagiku untuk menjadi seorang pemimpin karena aku tertutup dalam urusan pribadi bukan dalam urusan kepemimpinan. Seorang pemimpin harus bisa membedakan anatara urusan pribadi dan urusan organisasi, karena apabila mencampuradukkan antara urusan pribadi dan organisasi maka tentunya akan memperumit masalah yang ada.
Selain membangun hubungan internal, aku juga akan membangun hubungan dengan organisasi maupun instansi lain dengan harapakan akan memperkaya organisasi yang aku pimpin. Dalam membangun hubungan internal aku tidak akan berjalan sendiri, aku akan tetap melibatkan anggota karena bagaimanapun anggota juga harus berlatih dan berkembang. Hubungan eksternal ini tidak hanya sekedar mengenal, mengetahui atau mengakui adanya organ lain, namun dapat bekerjasama dan mampu saling bertukar pikiran.
Setiap organisasi tentunya mempunyai program kerja, begitupun dengan organisasi yang aku pimpin. Program kerja ini akan mempermudah dan memperjelas apa saja yang akan aku kerjakan selama memimpin. Dalam menjalankan program kerja pastinya aku akan melibatkan anggota. Selama aku mengikuti organisasi semasa kuliah, terkadang ada beberapa program kerja yang tidak terlaksana karena seorang pemimpin maupun ketua bidang kurang mensosialisasikan apa yang akan dilakukan. Bahkan terkadang seorang pemimpin bekerja sendiri tanpa mengikut setakan anggotanya, dan insya Allah hal ini tidak akan terjadi dalam kepemimpinan ku. Aku akan mensosialisasikan dengan jelas semua program kerja yang akan dijalankan selama periode kepemimpinan.
Dalam membuat program kerja aku akan membagi dua masa yaitu program kerja jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini dimaksudkan akan lebih mempermudah dan memperjelas dalam pelaksanaan.
Dan yang terpenting bagiku adalah ketaqwaan dan keistiqamahanku dari sebelum menjadi seorang pemimpin sampai akhirnya aku menjadi peimpin. Inilah salah satu cirri yang melekat pada diriku dan akan aku bawa sampai kapanpun dan dimanapun.
Mungkin itu salah satu yang akan aku kerjakan selama menjadi pemimpin, meskipun masih sebuah gambaran yang sangat dasar namun aku yakin semua itu akan bisa terwujud. Dan yang terpenting adalah kerja tim dan bertanggung jawab dengan apa yang dikerjakan.
Keinginan menjadi seorang pemimpin tentunya tidak lahir begitu saja. Ada yang terinspirasi dari para tokoh atau bahkan dari orang tuanya sendiri. Adapun yang menjadi inpirasi bagiku untuk menjadi pemimpin adalah:
  • Agama ku. Dalam Islam telah dijelaska bahwa setiap manusia adalah sebagai pemimpin dan akan penjadi pemimpin dan aku ingin merealisaskannya suatu saat nanti.
  • Desa tempat tinggalku. Masih minimnya pemimpin yang mampu memanfaatkan SDM yang ada di desa membuat ku terinpirasi untuk mendirikan organisasi perempuan dengan harapan mampu meminimalisir SDM yang merantau untuk bekerja di luar kota yang tidak menjamin kesejahteraan dan keamanan selama bekerja.
  • Bapak Abdulah Mukti (Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah I Depok). Beliau menjadi salah satu inspirasi bagiku untuk menjadi seorang pemimpin karena sepak terjangnya yang luar biasa, mampu menghidupkan sekolah yang hampir mati, namun beliau tidak mengenal putus asa. Bahkan aku dibuat kagum ketika aku diminta menjadi pendamping ESQ jelang UN bagi murid kelas 3, ada pemandangan yang lain yaitu jumlah muridnya hanya 10 anak. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari beliau adalah sosok yang sangat penyayang dan mau bergaul dengan siapa saja tanpa memandang derajat. Dan masih banyak lagi cerita tentang beliau yang mampu memberi inpirasi bagiku.

Sekian...SUCCES IS MY RIGHT

SEBONGKAH HATI


SEBONGKAH HATI YANG KERING
Selama aku hidup dalam pesantren, aku selalu menginginkan aku segera lulus dan bisa melanjutkan kuliah. Impian itu pun terwujudkan. Kuliah dan segudang aktifitas adalah hal yang wajar, bahkan aku selalu ingin mempunyai banyak waktu untuk beraktifitas dengan alasan sebagai pengisi waktu luang sekaligus menambah pengalaman.
Seiring berjalannya waktu tak terasa sudah separuh perjalan aku kuliah. Akupun mulai merenung dan bertanya pada diriku sendiri “Apa yang aku dapatkan dari semua ini?”. Akupun mulai gundah, sedih, cemas dan berbagai perasaan yang membuatku stres. Namun lagi-lagi aku melupakan pertanyaanku dan tetap beraktivitas seperti biasanya.
Aktivitas yang aku jalani semakin terasa hambar dan tidak memberi energi bagi hidupku. Setiap ada kesempatan akupun selalu merenungkan semuanya, namun aku tetap saja tak berupah. Semakin kesini, aku merasa semua aktivitasku tidak memberikan manfaat apapun untuk masa depanku. Bahkan aku merasa pikiranku mulai kosong, tidak fokus lagi,  tidak bisa berfikir kritis seperti dulu. Aku kehilangan semua itu.
Dengan tetap terus merenung, aku menemukan mutiara yang hilang dari hidupku yaitu hati yang selalu merindu kepada Allah. Yaa, itulah yang aku cari selama ini. Dengan hidup di pesantren selama enam tahun dan bertemu dengan dunia luar yang sangat nikmat ternyata membuat hati ku kering seperti tanah di musim kemarau.
Akupun terisnpirasi untuk menulis apa yang aku rasakan, dengan harapan mampu membangkitkan energi dan memberi motivasi untuk ku sendiri dan mungkin bagi semua yang membaca dan merasakan hal sama. Menuangkan apa yang sedang aku alami